Cari Blog Ini

Laman

Sabtu, 22 Oktober 2016

Global Warming Dalam kajian Islam





GLOBAL WARMING DALAM KAJIAN ISLAM

Sejak dahulu bumi mengalami banyak pembangunan. Pembangunan terjadi sejalan dengan peradaban manusaia yang semakin maju dan berkembang. Bersamaan dengan hal itu manusia memiliki kebutuhan yang semakin banyak dan kegiatan indrustri untuk menghasilkan barang-barang kebutuhan manusia, yang semakin lama semakin meningkat.Sejalan dengan itu hasil-hasil sisa indrustri yang tidak terpakai atau polutan.semakin meningkat,selain itu eksplorasi hutanpun semakin meluas. Sehingga mengakibatkan keadaan dibumi semakin tidak stabil. Banyak terjadi bencana yang terus-menerus terjadi di berbagai negara. Pada saat ini sering kita dengar istilah global warming atau pemanasan global.
Hal ini menjadi pembicaraan di berbagai negara dan pertemuan-pertemuan penting dikalangan PBB. Pemanasan global ini sudah menjadi pembicaraan baik dalam agama,dunia sains, teknologi sejak dahulu.
A.    GLOBAL WORNING DALAM KAJIAN ISLAM
      Dalam berbagai surat dan ayat-ayat Al-Qur’an diterangkan bahwa kerusakan bumi merupakan akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Memang manusia itu memiliki sikap merusak tetapi hakikat manusia adalah sebagai khalifah bumi.
      “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali(ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum[30]: 41)
      “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya adalah dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintahnya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahan kamu bersyukur.”(QS Ar Ruum [30]:46)
      “Allah, dialah yang mengirimkan angin,lalu angin itu menggerakan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan dari celah-celahnya,maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki_Nya tiba-tiba meraka gembira.’’ (QS Ar Ruum[30] ; 48)
      Syariah Islam,selain melakukan pengaturan manusia juga melakukan pengaturan terhadap alam, sebagaimana yang dimaktub dalam definisi syariah Islam : Sistem yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya,dirinnya sendiri,dengan manusia lain, alam dan kehidupan (lihat Syaikh Mahmud Syaltut, AL Islam : ‘Aqidah wa Syari’ah, Darul Qalaam,hal .12).
      Islam melarang tindakan pengrusakan terhadap isi bumi ini, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya; “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelumnya kamu orang-orang mempunyai keutamaan yang melarang dari pada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang  yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka,dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS Huud [11] :116). “Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal  ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan termasuk tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai  kebinasaan”(QS Al Baqarah[2] :204-206) Islam menetapkan pencegahan (mitigasi) terhadap kerusakan , dalam Islam di kenal kaidah “ Adh-dlarar yuzal”, artinya segala bentuk kemudharatan atau bahaya itu wajib di hilangkan. Nabi SAW bersabda, ”Laa dharara wa laa dhiraara.” (HR Ahmad & Ibn Majah), artinya tidak boleh membahayakan diri maupun membahayakan orang lain.
      Secara global, atas wilayah yang di kuasai,Khilafah Islamiyyah dapat mengadopsi berbagai upaya dalam rangka mitigasi  dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
      Sistem pemerintahan yang universal, akan memudahkan penetapkan kebijakan yang pro ishlahul bi-ah  (perbaikan lingkungan). Sifat wilayah yang universal  akan membawa dampak yang signifikan bagi perbaikan lingkungan.
      Akankah menunggu wujudnya khilafah tidak terlalu lama dalam upaya perbaikan lingkungan dan reduksi GKR? InsyaAllah  tidak,sebab  target-target yang disebut ambisus pun oleh UNFCCC adalah atrget jangka panjang. Misalnya untuk  menstabilkan GKR pada angka 455-490 ppm maka pada tahun 2015 di harapkan tidak ada lagi peningkatan CO2.kalau ini bisa di capai, maka pada tahun 2050  kandungan CO2 akan turun  50-85 % dari level tahun 2000 (379 ppm). Insya Allah sebelum tahun-tahun tersebut khilafah Islamiyyah  sudah wujud, dan pencapaian  target-target yang di sebut oleh UNFCCC sebagai target ambisus tersebut akan lebih realistis untuk dicapai.
      Berbeda dengan negara demokratis-kapitalis, dalam Islam pencegahan terhadap kerusakan yang (termasuk lingkungan) tidak membutuhkan pendapat mayoritas (parlemen) dan pemilik modal, cukup para ahli  yang berkompoten mengajukan argumen, data, penelitian, dan  analisa, maka khalifah langsung mengeksekusi pendapat tersebut.
      Perubahan iklim yang bersifat global ini mestinya menuntut upaya global pula dalam hal mitigasi dan adaptasinya, namun sikap arogan  negara-negara kapitalisme talah menjadikan ancaman perubahan iklim menjadi semakin mengkhawatirkan. Maka semakin jelas bahwa untuk  menyelamatkan planet ini dari kehancuran ekolohis butuh paradigma  dan sistem politik dan ekonoomi global yang baru. Sistem politik dan ekonomi kapitalis sekuler terbukti gagal. Perlu ada sistem alternatif yang bersandar kepada Allah SWT, Al Khalik Yang Maha Tahu. (Liputan: Abu Khalil). Ketika membaca ayat-ayat mengenai bumi dalam quran,kita menemukan indikasi yang kuat bahwa bumi ini pada awalnya adalah tempat yang aman dan damai untuk manusia: “Bukankah Dia yang telah membuat bumi tempat yang stabil, dan menempatkan sungai-sungai diatasnya, dan menempatkan gunung-gunung di atasnya, dan telah menempatkan pemisah antara dua lautan? Adakah Tuhan selain Allah? Tidak, tetapi kebanyakan mereka tidak tahu! (27:61).
      Bumi adalah penting dalam konsep hubungan. Manusia di buat dari dua komponen dari bumi: tanah dan air. “Dan Allah telah membuat kamu tumbuh dari bumi, dan kemudian mengembalikan kamu kepadanya, dan dia akan membuat lagi yang baru. Dan Allah telah membuat bumi sangat luas sehingga kamu dapat berjalan di atasnya.” (71:17-20).
      Kata “bumi” (ard) disebut dua kali dalam ayat ini dan dalam Qur’an  kata ini muncul sebanyak 485 kali, ukuran sederhana dari arti pentingnya. Bumi dilukiskan seperti patuh kepada manusia: “Dialah  yang telah membuat bumi patuh kepadamu, maka berjalanlah dan makanlah dari yang tersedia” (67:15). Bumi  juga dilukiskan sebagai tempat yang menerima:”Kami tidak membuat bumi melainkan sebagai tempat bagi yang hidup maupun yang mati” (77:25-26). Bahkan lebih penting lagi, bumi di dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang suci dan tempat untuk  beribadah kepada Allah. Nabi Muhammad berkata: “Bumi dibuat untukku (dan muslim) sebagai tempat sembahyang (mesjid) dan untuk mensucikan” Ini artinya tanah digunakan untuk membersihkan ketika tidak ada air. Ibn Umar melaporkan bahwa Nabi berkata:” Tuhan adalah indah dan menyukai semua yang indah.Dia adalah  pemurah dan menyukai kemurahan dan bersih dan menyukai yang bersih”.
      Dengan demikian tidak mengherankan bahwa posisi Islam terhadap lingkungan adalah bahwa manusia harus ikut serta melindungi bumi.Mereka tidak boleh diam ketika bumi dihancurkan.”Dia telah membawa kamu dari bumi dan membuat kamu suaminya” (11:61). Akhirnya,  bumi adalah sumber rahmat. Dan Nabi Muhammad berkata: “Sebagian tanaman diberi rahmat seperti juga muslim,seperti pohon palma”. Imam Al-Alusi menjelaskan dalam tafsir Ruh Al-Ma’ani saat menafsirkan QS.Ar-Ruum :41,Bahwa kerusakan di bumi tersebut antara lain: Kemarau, wabah penyakit, banyaknya kebakaran kebanjiran, penghapusan berkah dari segala sesuatu, berkurangnya sesuatu yang bermanfaat. Sebagai ayat Al-quran serta hadits nabi yang memberikan isyarat tentang pemanasan global dan beberapa hal yang berkaitan denganya antara lain:
Artinya; Apabila langit terbelah,dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan dan apabila lautan menjadikan meluap.(QS Al-Infthar:1-3)
Seperti yang difirmankan Allah pada Al-Quran surat Al-Anbiya:32

Artinya:Bahwa langit telah dijadikan Allah sebagai atap (pelindung) yang terjaga (Al-Anbiya:32)
      Terlepas dari penafsiran diatas,ayat-ayat tersebut dan ayat-ayat lainya seperti dalam Al-Wa’kiah:1-6,Al-qiyama:7-9,At-Takwir:1-6,Az-Zaljalah:1-5,dan lain sebagainya seluruh ayat tersebut merupakan ayat dgn kalimat ‘bersyrat’, atau selalu didahului oleh huruf Syarth yaitu IZAH yang jika diberikan makna secara semantik adalah kalimat yang akan terjadi jika ada penyebab sebelumnya.
Ada juga Ayat al-Qur’an yang lain mengisyaratkan terjadinya pemanasan global adalah :
- Artinya : Maka masing-masing ( mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak Menganiaya mereka,akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereke sendiri. ( QS. Al-Ankabut:40).
- Artinya : Maka kami bukakan pintu-pintu langit dengan ( menurunkan) air yang tercurah. (QS. Al-Qamar:11).

B.     GLOBAL WORMING SAINS MODERN
Ø   Pengertian Global Warming atau Pemanasan Global
      Sebenarnya istilah global warming atau pemansan global sudah dikenal sejak dahulu.Pemanasan global sendiri adalah meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi akibat dari meningkatnya jumlah emisi karbon di atmosfer.
Ø  Sebab-Sebab Terjadinya Pemanasan Global
Diantara sebab-sebab terjadinya pemanasan global adalah:
a.      Meningkatnya jumlah emosi karbon
      Meningkatnya jumlah emisi karbon terjadi akibat meningkatnya penggunaan energi fosil terutama di sector industri. Negara-negara industri seperti Amerika Serikat, China, Australia, Jepang, dan Rusia. Menjadi aktor utama sebagai penyebab.
b.      Efek rumah kaca
      Efek rumah kaca terjadi sebagai berikut ; sinar matahari masuk kepermukaan bumi kemudian dipantulkan kembali oleh benda atau permukaan bumi, kemudian dipamtulkan kembali oleh benda atau permukaan dalam rumah kaca. Ketika dipantulkan gelombang pendek yang berupa sinar matahari berubah menjadi energi panas yang berupa gelombang panjang yaitu sinar inframerah. Selanjutnya energi panas tersebut terperangkap dalam rumah kaca. Akibatnya energi panas yang seharusnya keluar ke angkasa menjadi terpancar lagi ke permukaanbumi.
            Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada 2040 lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis mencair. Di Indonesia, peningkatan suhu itu berwujud tanda yang kasat mata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, yaitu Gunung Jayawijaya di Provinsi Papua.Hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNCCC) yang dirangkum dalam Peta Jalan Bali (Bali Roadmap), tidak memuaskan kalangan aktivis lingkungan. Penempatan target spesifik penurunan emisi dari gas rumah kaca (GRK) dalam catatan kalangan aktivis  lingkungan. Penempatan target spesifik penurunan emisi dari gas rumah kaca (GRK) dalam catatan kaki pembukaan, adalah untuk melayani kepentingan Amerika Serikat (AS). Ini meremehkan kajian ilmiah ahli iklim.
Pembahasan kesepakatan akhir di Bali berlangsung alot akibat sikap AS yang didukung Kanada dan Jepang. Mereka menolak target pengurangan emisi bagi negara-negara maju 25 - 40 persen dari angka pada 1990 yang harus terealisasi pada 2020. Delegasi AS yang dikirim pemerintahan Presiden Bush, sebagai biang keladi tumpulnya kesepakatan konferensi. Emisi itu sangat beragam: CO, CO2, SO2, H2S, CS2, dan CFC. CO2 dan CFC tidak beracun, sedangkan yang lain semuanya beracun. Namun yang berbahaya secara global justru yang tidak beracun.CFC merusak lapisan ozon perisai yang ditempatkan Allah di angkasa utuk melindungi bumi dari sengatan fraksi ultra violet yang berbahaya dari photon (sinar matahari). Sedangkan GRK CO2 itulah yang memegang peranan dalam hal pemanasan global. Jadi terjadinya pemanasan global salah satunya adalah efek rumah kaca yang berlebihan (lebih dari kondisi normal) di atmosfer bumi, sebagai akibat terganggunya komposisi gas rumah kaca utama seperti Co2 (Karbon dioksida), CH4 (metan), N2O (Nitrous oksida), HFC5 (Hydrofluorocarbons), PFC5 (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride) di atmosfer.
c. Kawasan hutan yang semakin menyempit
            Fungsi hutan dalam kehidupan adalah sebagai paru-paru bumi dan sebagai media penyerapan karbon terbesar. Oleh sebab itu bila hutan menyempit maka dipastikan bumi akan menjadi panas. Penyempitan hutan terjadi karena pembalakan liar, kebakaran hutan, menyebabkan deforestasi besar-besaran karena tidak diimbangi dengan pelestarian dan penanaman kembali hutan tersebut. Karbon yang dihasilkan dari kebakaran hutan tersebut juga mendukung terjadinya pemanasan global, dan Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil karbon tebesar dari kebakaran hutan.
Ø  Dampak  terjadinya  pemanasan  global diantara dampak-dampak dari pemanasan global dintaranya :

a.      Suhu bumi meningkat
Meningkatnya suhu bumi terlihat jelas pada hasil penelitian bahwa temperature rata-rata pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Dan juga adanya banyak es di kutub yang telah mencair dan menyebabkan naiknya permukaan air. Dengan kecenderungan emisi gas yang selalu meningkat maka diperkirakan 50 tahun mendatang rata-rata suhu bumi akan naik 2-3 derajat Celsius.

b.      Perubahan Iklim Dunia
Iklim muncul akibat dari pemerataan energi bumi yang tidak tetap dengan adanya perputaran / revolusi bumi mengelilingi matahari selama ± 365 hari serta rotasi bumi selama 24 jam. Hal tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima berubah tergantung lokasi dan posisi geografi suatu daerah. Manurut, KTT bumi di tahun 1992 di Rio de Janeiro Brazil, menyatakan iklim bumi telah berubah. Hal itu dikarenakan adanya efek rumah kaca yang berlebihan.
Iklim yang tidak teratur ini tampak jelas di berbagai negara seperti Indonesia yang kini mengalami perubahan musim denagan waktu yang tidak menentu dan tidak merata. Kejadian ini terlihat pada saat Indonesia seharusnya mengalami musim kemarau tetapi di Kalimantan terjadi banjir.

c.      Terjadi Banyak Bencana
Terjadinya pemanasan global menjadikan berbagai peristiwa alam yang tidak dapat terduga. Peristiwa-peristiwa alam tersebut antara lain : Hujan Badai dimana-mana, sering terjadi angin puting beliung, banjir dan kekeringan terjadi pada waktu yang bersamaan Terumbu karang memutih.
Menurut penelitian Global Coral Reef Monitoring Network di Buenos Aries menunjukkan, lebih dari terumbu karang di seluruh dunia telah rusak, bahkan terancam punah.Terumbu karang memutih karean terlepasnya ganggang dari jaringan terumbu karang karena kenaikan temperatur secara mendadak meskipun kecil. Mencairnya es di daerah kutub yang cukup banyak. Hal ini menyebabkan volume air tawar dilaut meningkat dan semakin tingginya permukaan laut. Hal ini menyebabkan beribu-ribu pulau kecil di dunia menghilang.

d.         Penyakit semakin menyebar
Pemanasan global menyebabkan berbagai penyakit muncul dan menyebar seperti beberapanya antara lain adalah katarak, tumbuhan menjadi kerdil dll. Peningkatan suhu bumi membuat jantung bekerja lebih keras mendinginkan badan dan meningkatkan angka kasus penyakit dengan vektor nyamuk antara lain seperti malaria, demam berdarah, cikungunya, radang otak. Jika suhu meningkat di perkirakan kasus penularan penyakit melalui nyamuk menjadi 2 kali lipat.

Ø  Cara Mengatasi Adanya Pemanasan global

1.      Menggunakan sumber energi alternatif Salah satu cara dan metode penurangan dampak dari global warming sedang dikembangkan oleh negara majudengan menggunakan cara alternatif yaitu Carbon Trade. Carbon Trade sendiri mempunyai arti menjual kemampuan pohon, terutama pohon berkayu untuk menyerap karbon demi mengurangi emisi karbon di atmosfer.
Sumber energi alternatif selain energi fosil adalah biofuel. Hal ini bertujuan sebagai penyerap karbon yang ada di atmosfer agar mengurangi emisi karbon di udara sekaligus mengurangi dampak dari global warming. Menginjesikan gas-gas tersebut ke sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas di bawah tanah seperti dalam sumur minyak lapisan batu bara/aquifer.
Dimana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan di injeksikan kembali ke aquiver sehingga tidak dapat kembali ke permukaan. Salah satu penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Dengan pembakaran fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara. Karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak/ batu bara.

2.Melakukan reboisasi yang meluas Penyebab dari global warming salah satunya adalah rusaknya hutan sebagai paru-paru dunia. Oleh karena itu penanaman kembali hutan yang gundul sangat berpengaruh terhadap pengurangan dampak global warming.
3.Mengurangi produksi barang-barang yang tidak dapat di daur ulang Produksi barang-barang yang tidak dapat di daur ulang juga merupakan faktor lain yang menyebabkan global warming. Oleh sebab itu pengurangan produksi barang-barang seperti barang tambang dimana pembakarannya menghasilkan gas-gas rumah kaca.
   Hubungan Pemanasan global dengan Agama, Sains, dan Tekhnologi. Pemanasan global yang terjadi saat ini menjadi bukti akan penggambaran dari agama, sains dan tekhnologi. Pemanasan global di pandang dalam agama adalah suatu kerusakan bumi yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Dalam islam dinyatakan bahwa manusia itu adalah khalifah di bumi dan mereka bertanggung jawab satu dengan yang lainnya.
   Sebagai bangsa yang agamis, ada dua pandangan utama yang berkembang pada masyarakat kita dalam melihat berbagai bencana yang sering melanda. Pertama, kalangan yang melihatnya sebagai akibat dari perbuatan dosa dan pelanggaran terhadap aturan Tuhan yang semakin tidak terkendali. Adanya bencana dipandang sebagai azab Tuhan. Kedua, kalangan yang melihatnya murni sebagai fenomena alam dan tidak ada hubungan dengan urusan agama berupa dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia.
   Kedua pandangan ekstrem tersebut kiranya harus dijembatani. Mengabaikan cara pandang agama dalam melihat kerusakan alam sudah tidak relevan sebagaimana juga tidak tepatnya membuang analisis ilmiah atas berbagai penyebab terjadinya berbagai kerusakan alam tersebut. Agama sendiri belakangan dipandang sebagai salah satu pendekatan yang cukup ampuh dalam upaya membangun kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan (alam).
   Tulisan ini secara khusus difokuskan pada upaya inseminasi gagasan teologi lingkungan, yaitu bagaimana ajaran teologi agama (Islam) dapat dimanfaatkan dalam upaya membangun kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Gagasan ini kiranya akan melengkapi formulasi fikih lingkungan yang sudah mulai diterima di masyarakat kita.
   Ada tiga tema yang sering didiskusikan dan menjadi perdebatan sangat dinamis dalam kajian keilmuan Islam klasik, yaitu masalah Tuhan, manusia, dan alam. Ketiga persoalan ini menjadi tema sentral yang lazim disebut sebagai trilogi metafisika. Dari ketiga tema itu, masalah ketuhanan menempati rangking pertama. Adapun tema yang menyangkut manusia dan alam menempati porsi yang sedikit, dan yang sedikit inipun lebih banyak dibicarakan dalam konteks ketuhanan dan cenderung bersifat metafisik (abstrak).
   Sebagai respons dari kenyataan ini, belakangan gencar dikumandangan oleh pemikir Muslim kontemporer gagasan untuk menggeser wacana teologis yang metafisis dan abstrak ke persoalan yang lebih konkret. Salah satu tokoh kontemporer yang bersemangat dan telah menulis buku yang cukup memadai dalam tema teologi, adalah Hassan Hanafi. Dalam serial bukunya yang berjudul At Turats wa Al Tajdid: minal aqidah ila tsaurah, Hanafi menyatakan bahwa consern utama teologi atau keilmuan akidah klasik lebih kepada urusan bagaimana membela Tuhan. Ini, kata dia relevan dengan semangat zaman dahulu, tetapi tidak untuk sekarang. Sebagai tawaran, Hanafi mengusulkan bagaimana teologi atau akidah itu dibangun atas semangat membela manusia.
   Apabila kita mencermati pola pemikiran teologis, tampaknya dari ketiga hal tersebut, yang paling didiskrimanisikan adalah wacana kealaman atau lingkungan. Pada kajian fikih sendiri, lebih banyak menyinggung tentang hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minallah) dan persoalan relasi sesama manusia (hablum minannas). Masih sangat sedikit kajian fikih yang secara khusus berbicara mengenai pola hubungan manusia dengan alam.
   Kembali pada semangat untuk membangun kesadaran teologis akan pentingnya menjaga kelestarian alam, maka satu persoalan yang menjadi poin utama pada artikel ini adalah bagaimana cara taubat bagi mereka yang melakukan kerusakan lingkungan. Ada dua model taubat yang umum dipahami dalam Islam.
   Pertama, bagi individu yang melakukan kesalahan atau perbuatan dosa yang sifatnya pribadi, maka model taubat yang diajarkan yaitu dia memohon ampun secara langsung kepada Tuhan dengan niat tulus untuk tidak mengulanginya lagi. Pada tingkatan ini, model taubatnya cenderung sederhana, karena hanya berorientasi vertikal kepada Tuhan.
Kedua, menyangkut kesalahan atau dosa seorang individu yang melibatkan individu atau manusia yang lain seperti perbuatan dzalim atau utang piutang. Terhadap dosa atau pelanggaran yang melibatkan manusia lain atau lazim disebut dosa sosial, para ulama umumnya bersepakat bahwa taubat vertikal saja tidak cukup. Pada tingkatan ini, taubat vertikal dengan Tuhan dan kemaafan horizontal dari manusia lain harus berjalan seiring.
Sebenarnya selain kedua model itu, kaitannya dalam hubungan manusia dengan alam, penting untuk diperkenalkan model taubat khusus, dan ini kiranya menempati tingkatan ketiga. Manusia yang berbuat dosa atau kesalahan pada alam atau lingkungan, seperti merusak atau mengganggu keseimbangan alam, maka cara taubatnya tidak cukup hanya dengan media vertikal kepada Tuhan atau permakluman pada manusia. Karena alam yang dicederai, maka ridha dari alam harus terlebih dahulu diperoleh. Caranya dengan memulihkan kerusakan yang telah dilakukan pada alam, baru kemudian memohon ampunan kepada Tuhan.
Penting untuk ditekankan bahwa khusus perbuatan dosa kepada alam (dosa alamiah), maka azab yang ditimpakan Tuhan berlaku secara umum, tanpa memandang apa seseorang terlibat atau malah tidak tahu sama sekali terhadap kerusakan alam yang telah terjadi. Menjaga alam dari kerusakan dapat ditetapkan sebagai fardhu kifayah, yang apabila tidak dilaksanakan, maka seluruh manusia yang ada pada wilayah itu akan mendapatkan balasan adzab yang sifatnya kolektif.
Apabila sementara ini dikembangkan istilah kesalehan individu, yaitu gambaran mereka yang kualitas ibadah ritualnya bagus dan kesalehan sosial, yaitu mereka yang yang consern untuk berbakti pada masalah sosial kemasyarakatan, maka kini perlu dikembangkan lagi satu jenis kesalehan, yaitu kesalehan alam. Kesalehan ini melekat pada mereka yang dapat menjaga alam atau lingkungan dengan bagus, melaksanakan mandat Tuhan sebagai khalifahnya di muka bumi. Ketiga macam kesalehan ini idealnya terintegrasi pada diri seorang Muslim.
Sedangkan di pandang dalam sains pemanasan global merupakan kejadian yang dapat di paparkan dalam segi kimia dan segi fisika. Penghasil CO2 yang dominan di antaranya adalah (1) Pembangkit Listrik Batubara, sebagai contoh setiap 1000 MW listrik yang dihasilkan industri ini mengemisi 5,6 juta ton CO2 dan (2) Kendaraan Bermotor, dimana setiap kendaraan dengan tingkat konsumsi BBM 1 : 13 km (1 Lt untuk setiap 13 km) jika setiap tahun menempuh jarak 15.000 km akan menghasilkan CO2 sebesar 3 ton/tahun. Bayangkan dengan total kendaraan bermotor di DKI JKT mencapai 3 juta, setidaknya 9 juta ton CO2 yang diemisi ke udara setiap tahunnya.
Selanjutnya hasil pengungkapan sains dalam ayat kawniyah (alam syahadah, physical world), dipakai sebagai ilmu bantu dalam memahamkan ayat qawliyah.
Tumbuh-tumbuhan dibangun bagian-bagian kecil yang disebut sel. Di dalam inti sel terdapat butir-butir pembawa zat warna. Yang terpenting di antara butir-butir itu adalah pembawa zat warna hijau, zat hijau pohon (istilah ilmiyahnya: khlorophyl, zat hijau daun, dari bahasa Yunani, Kholoros = hijau, Phyllon = daun). Zat hijau pohon yang terdapat dalam seluruh bagian pohon yang hijau (jadi bukan di daun saja), menangkap photon dari matahari dan mengubah wujud tenaga photon itu menjadi tenaga potensial kimiawi dalam makanan dan bahan bakar hidrokarbon di dalam molekul-molekul melalui proses photosynthesis.
Dalam proses photosynthesis oleh zat hijau pohon ini dari bahan baku CO2, air dan photon, dihasilkan makanan dan bahan bakar hidrokarbon dan oksigen. Selanjutnya melalui proses respirasi dalam tubuh manusia dan binatang serta mesin-mesin pabrik, makanan dan bahan bakar itu dengan oksidasi oksigen dari udara berubahlah pula menjadi CO2 dan air. Demikianlah seterusnya daur atau siklus itu berlangsung. Tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia, binatang, dan mesin-mesin mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2.
Demikianlah oksigen dihisap/disedot dari udara, pada saat itu makanan dan bahan bakar, dibakar dengan oksigen dalam tubuh manusia dan mesin-mesin pabrik. Itulah makna yang menjadikan bagimu api dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu dapat membakar.
Di daerah yang beriklim dingin, sayur-sayuran ataupun buah-buahan yang menghendaki suhu yang lebih tinggi dari udara sekeliling, ditanam di dalam rumah kaca. Fungsi rumah kaca sesungguhnya adalah perangkap panas. Kaca adalah zat bening, tembus cahaya. Photon dari matahari gampang menerobos masuk memukul molekul-molekul udara dalam rumah kaca. Akibatnya suhu udara naik dalam rumah kaca, udara pun bertambah panas. Kaca adalah pengantar panas yang jelek, sehingga panas yang timbul itu tidak gampang keluar menerobos atap maupun dinding kaca.
Maka, terperangkaplah panas itu dalam rumah kaca. Inilah efek rumah kaca. Dengan tingginya kadar CO2 yang dimuntahkan oleh pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor, maka permukaan bumi merupakan rumah  kaca dalam skala global.
Ruang antara lapisan CO2 dengan permukaan bumi tak ubahnya ibarat ruang dalam rumah kaca, menjadi perangkap panas, oleh karena sifat gas CO2 sama dengan kaca, gampang ditembus photon, tetapi sukar ditembus panas. Itulah sebabnya CO2 disebut GRK.
Demikianlah pentingnya hutan lebat. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di dalam tanah dan permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan, dan tidak kering di musim kemarau. Akan tetapi, dan ini yang lebih penting, adalah untuk terjadinya daur: tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen, yang membutuhkan CO2 - manusia dan binatang penghasil CO2, yang membutuhkan oksigen. Itulah hubungannya antara emisi CO2 dan hutan lebat dalam konteks pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim menjadi liar. Wallahu a'lamu bisshawab
Sedangkan tekhnologi hubungannya sangat erat karena pemanasan global telah disebut dalam alqur’an akan terjadi. Dan tekhnologi telah meneliti dan memprediksikan melalui informasi yang terdapat di internet.
Dampak dari perubahan iklim diantaranya adalah gangguan terhadap siklus hidrologi (peningkatan intensitas hujan, perioda hujan yang pendek, tidak meratanya hujan, bencana kekeringan dan krisis air bersih, dan bencana banjir dan tanah longsor), peningkatan temperatur & permukaan air laut, mencairnya es abadi dan hilangnya glasier di daerah kutub, hilang dan tenggelamnya daerah pesisir dan pulau-pulau tertentu, peningkatan bencana ekologi pada daerah urban dan rural di pinggir pantai, peningkatan intersitas dan frekuensi bencana badai & agin topan, merosotnya produksi pertanian dan perternakan, emerging diseases yang dapat menuju epidemi dan pandemi peningkatan proses penggurunan daerah subur, ancaman kelaparan dan gagalnya pengentasan kemiskinan, hilangnya atau musnahnya biodiversity dunia, dan peningkatan kebakaran hutan. Mitigasi dan adaptasi yang dapat dilakukan bersifat struktural dan non-struktural.
STRUKTURAL: Innovasi melalui teknologi, kembangkan banyak alternatif energi subsitusi, dan intensifkan rancang bangun green technology. NON-STRUKTURAL : Susun kebijakan dan strategi yang doable, implementasikan strategi dan program, perkuat aspek law enforcement, adopt dan praktekan konsep kemudian jadikan filosofi aktifitas Reduce, Reuse, dan Recycle (3R), bangun pengertian dan kesadaran bersama untuk masa depan manusia dan lingkungan, bangun kerjasama lintas komunitas, lintas sektor, dan lintas negara dalam upaya mengurangi kesenjangan dan ketidakseimbangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar