GLOBAL WARMING
DALAM KAJIAN ISLAM
Sejak dahulu
bumi mengalami banyak pembangunan. Pembangunan terjadi sejalan dengan peradaban
manusaia yang semakin maju dan berkembang. Bersamaan dengan hal itu manusia
memiliki kebutuhan yang semakin banyak dan kegiatan indrustri untuk
menghasilkan barang-barang kebutuhan manusia, yang semakin lama semakin
meningkat.Sejalan dengan itu hasil-hasil sisa indrustri yang tidak terpakai
atau polutan.semakin meningkat,selain itu eksplorasi hutanpun semakin meluas.
Sehingga mengakibatkan keadaan dibumi semakin tidak stabil. Banyak terjadi
bencana yang terus-menerus terjadi di berbagai negara. Pada saat ini sering
kita dengar istilah global warming atau pemanasan global.
Hal ini menjadi
pembicaraan di berbagai negara dan pertemuan-pertemuan penting dikalangan PBB.
Pemanasan global ini sudah menjadi pembicaraan baik dalam agama,dunia sains,
teknologi sejak dahulu.
A. GLOBAL WORNING
DALAM KAJIAN ISLAM
Dalam berbagai surat dan ayat-ayat
Al-Qur’an diterangkan bahwa kerusakan bumi merupakan akibat dari perbuatan
manusia itu sendiri. Memang manusia itu memiliki sikap merusak tetapi hakikat
manusia adalah sebagai khalifah bumi.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di
laut akibat perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali(ke jalan yang benar)” (QS
Ar Ruum[30]: 41)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya
adalah dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan
kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan
perintahnya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahan
kamu bersyukur.”(QS Ar Ruum [30]:46)
“Allah, dialah yang mengirimkan angin,lalu
angin itu menggerakan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang
dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan dari
celah-celahnya,maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki_Nya tiba-tiba meraka gembira.’’ (QS Ar Ruum[30] ; 48)
Syariah Islam,selain melakukan pengaturan
manusia juga melakukan pengaturan terhadap alam, sebagaimana yang dimaktub
dalam definisi syariah Islam : Sistem yang mengatur hubungan antara manusia
dengan Tuhannya,dirinnya sendiri,dengan manusia lain, alam dan kehidupan (lihat
Syaikh Mahmud Syaltut, AL Islam : ‘Aqidah wa Syari’ah, Darul Qalaam,hal .12).
Islam melarang tindakan pengrusakan
terhadap isi bumi ini, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya; “Maka mengapa
tidak ada dari umat-umat yang sebelumnya kamu orang-orang mempunyai keutamaan
yang melarang dari pada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali
sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah kami selamatkan di antara
mereka, dan orang-orang yang zalim hanya
mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka,dan mereka adalah
orang-orang yang berdosa.” (QS Huud [11] :116). “Dan diantara manusia ada orang
yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya
kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan
apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan termasuk tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan”(QS Al
Baqarah[2] :204-206) Islam menetapkan pencegahan (mitigasi) terhadap kerusakan
, dalam Islam di kenal kaidah “ Adh-dlarar yuzal”, artinya segala bentuk
kemudharatan atau bahaya itu wajib di hilangkan. Nabi SAW bersabda, ”Laa
dharara wa laa dhiraara.” (HR Ahmad & Ibn Majah), artinya tidak boleh
membahayakan diri maupun membahayakan orang lain.
Secara global, atas wilayah yang di
kuasai,Khilafah Islamiyyah dapat mengadopsi berbagai upaya dalam rangka
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan
iklim.
Sistem pemerintahan yang universal, akan
memudahkan penetapkan kebijakan yang pro ishlahul bi-ah (perbaikan lingkungan). Sifat wilayah yang
universal akan membawa dampak yang
signifikan bagi perbaikan lingkungan.
Akankah menunggu wujudnya khilafah tidak
terlalu lama dalam upaya perbaikan lingkungan dan reduksi GKR? InsyaAllah tidak,sebab
target-target yang disebut ambisus pun oleh UNFCCC adalah atrget jangka
panjang. Misalnya untuk menstabilkan GKR
pada angka 455-490 ppm maka pada tahun 2015 di harapkan tidak ada lagi
peningkatan CO2.kalau ini bisa di capai, maka pada tahun 2050 kandungan CO2 akan turun 50-85 % dari level tahun 2000 (379 ppm).
Insya Allah sebelum tahun-tahun tersebut khilafah Islamiyyah sudah wujud, dan pencapaian target-target yang di sebut oleh UNFCCC
sebagai target ambisus tersebut akan lebih realistis untuk dicapai.
Berbeda dengan negara
demokratis-kapitalis, dalam Islam pencegahan terhadap kerusakan yang (termasuk
lingkungan) tidak membutuhkan pendapat mayoritas (parlemen) dan pemilik modal,
cukup para ahli yang berkompoten mengajukan
argumen, data, penelitian, dan analisa,
maka khalifah langsung mengeksekusi pendapat tersebut.
Perubahan iklim yang bersifat global ini
mestinya menuntut upaya global pula dalam hal mitigasi dan adaptasinya, namun
sikap arogan negara-negara kapitalisme
talah menjadikan ancaman perubahan iklim menjadi semakin mengkhawatirkan. Maka
semakin jelas bahwa untuk menyelamatkan
planet ini dari kehancuran ekolohis butuh paradigma dan sistem politik dan ekonoomi global yang
baru. Sistem politik dan ekonomi kapitalis sekuler terbukti gagal. Perlu ada
sistem alternatif yang bersandar kepada Allah SWT, Al Khalik Yang Maha Tahu.
(Liputan: Abu Khalil). Ketika membaca ayat-ayat mengenai bumi dalam quran,kita
menemukan indikasi yang kuat bahwa bumi ini pada awalnya adalah tempat yang
aman dan damai untuk manusia: “Bukankah Dia yang telah membuat bumi tempat yang
stabil, dan menempatkan sungai-sungai diatasnya, dan menempatkan gunung-gunung
di atasnya, dan telah menempatkan pemisah antara dua lautan? Adakah Tuhan selain
Allah? Tidak, tetapi kebanyakan mereka tidak tahu! (27:61).
Bumi adalah penting dalam konsep hubungan.
Manusia di buat dari dua komponen dari bumi: tanah dan air. “Dan Allah telah
membuat kamu tumbuh dari bumi, dan kemudian mengembalikan kamu kepadanya, dan
dia akan membuat lagi yang baru. Dan Allah telah membuat bumi sangat luas
sehingga kamu dapat berjalan di atasnya.” (71:17-20).
Kata “bumi” (ard) disebut dua kali dalam
ayat ini dan dalam Qur’an kata ini
muncul sebanyak 485 kali, ukuran sederhana dari arti pentingnya. Bumi
dilukiskan seperti patuh kepada manusia: “Dialah yang telah membuat bumi patuh kepadamu, maka
berjalanlah dan makanlah dari yang tersedia” (67:15). Bumi juga dilukiskan sebagai tempat yang
menerima:”Kami tidak membuat bumi melainkan sebagai tempat bagi yang hidup
maupun yang mati” (77:25-26). Bahkan lebih penting lagi, bumi di dalam Islam
dianggap sebagai sesuatu yang suci dan tempat untuk beribadah kepada Allah. Nabi Muhammad
berkata: “Bumi dibuat untukku (dan muslim) sebagai tempat sembahyang (mesjid)
dan untuk mensucikan” Ini artinya tanah digunakan untuk membersihkan ketika
tidak ada air. Ibn Umar melaporkan bahwa Nabi berkata:” Tuhan adalah indah dan
menyukai semua yang indah.Dia adalah pemurah
dan menyukai kemurahan dan bersih dan menyukai yang bersih”.
Dengan demikian tidak mengherankan bahwa
posisi Islam terhadap lingkungan adalah bahwa manusia harus ikut serta
melindungi bumi.Mereka tidak boleh diam ketika bumi dihancurkan.”Dia telah
membawa kamu dari bumi dan membuat kamu suaminya” (11:61). Akhirnya, bumi adalah sumber rahmat. Dan Nabi Muhammad
berkata: “Sebagian tanaman diberi rahmat seperti juga muslim,seperti pohon
palma”. Imam Al-Alusi menjelaskan dalam tafsir Ruh Al-Ma’ani saat menafsirkan
QS.Ar-Ruum :41,Bahwa kerusakan di bumi tersebut antara lain: Kemarau, wabah
penyakit, banyaknya kebakaran kebanjiran, penghapusan berkah dari segala
sesuatu, berkurangnya sesuatu yang bermanfaat. Sebagai ayat Al-quran serta
hadits nabi yang memberikan isyarat tentang pemanasan global dan beberapa hal
yang berkaitan denganya antara lain:
Artinya;
Apabila langit terbelah,dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan dan
apabila lautan menjadikan meluap.(QS Al-Infthar:1-3)
Seperti
yang difirmankan Allah pada Al-Quran surat Al-Anbiya:32
Artinya:Bahwa
langit telah dijadikan Allah sebagai atap (pelindung) yang terjaga
(Al-Anbiya:32)
Terlepas dari penafsiran diatas,ayat-ayat
tersebut dan ayat-ayat lainya seperti dalam
Al-Wa’kiah:1-6,Al-qiyama:7-9,At-Takwir:1-6,Az-Zaljalah:1-5,dan lain sebagainya
seluruh ayat tersebut merupakan ayat dgn kalimat ‘bersyrat’, atau selalu
didahului oleh huruf Syarth yaitu IZAH yang jika diberikan makna secara
semantik adalah kalimat yang akan terjadi jika ada penyebab sebelumnya.
Ada
juga Ayat al-Qur’an yang lain mengisyaratkan terjadinya pemanasan global adalah
:
-
Artinya : Maka masing-masing ( mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, Maka
di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di
antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara
mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak Menganiaya mereka,akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereke sendiri. ( QS. Al-Ankabut:40).
-
Artinya : Maka kami bukakan pintu-pintu langit dengan ( menurunkan) air yang
tercurah. (QS. Al-Qamar:11).
B.
GLOBAL
WORMING SAINS MODERN
Ø Pengertian
Global Warming atau Pemanasan Global
Sebenarnya istilah global warming atau
pemansan global sudah dikenal sejak dahulu.Pemanasan global sendiri adalah
meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi akibat dari meningkatnya jumlah
emisi karbon di atmosfer.
Ø Sebab-Sebab
Terjadinya Pemanasan Global
Diantara
sebab-sebab terjadinya pemanasan global adalah:
a. Meningkatnya
jumlah emosi karbon
Meningkatnya jumlah emisi karbon terjadi
akibat meningkatnya penggunaan energi fosil terutama di sector industri.
Negara-negara industri seperti Amerika Serikat, China, Australia, Jepang, dan
Rusia. Menjadi aktor utama sebagai penyebab.
b. Efek
rumah kaca
Efek rumah kaca terjadi sebagai berikut ;
sinar matahari masuk kepermukaan bumi kemudian dipantulkan kembali oleh benda
atau permukaan bumi, kemudian dipamtulkan kembali oleh benda atau permukaan
dalam rumah kaca. Ketika dipantulkan gelombang pendek yang berupa sinar
matahari berubah menjadi energi panas yang berupa gelombang panjang yaitu sinar
inframerah. Selanjutnya energi panas tersebut terperangkap dalam rumah kaca.
Akibatnya energi panas yang seharusnya keluar ke angkasa menjadi terpancar lagi
ke permukaanbumi.
Jika peningkatan suhu itu terus
berlanjut, diperkirakan pada 2040 lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis
mencair. Di Indonesia, peningkatan suhu itu berwujud tanda yang kasat mata
adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju
di Indonesia, yaitu Gunung Jayawijaya di Provinsi Papua.Hasil Konferensi PBB
tentang Perubahan Iklim (UNCCC) yang dirangkum dalam Peta Jalan Bali (Bali
Roadmap), tidak memuaskan kalangan aktivis lingkungan. Penempatan target
spesifik penurunan emisi dari gas rumah kaca (GRK) dalam catatan kalangan
aktivis lingkungan. Penempatan target
spesifik penurunan emisi dari gas rumah kaca (GRK) dalam catatan kaki
pembukaan, adalah untuk melayani kepentingan Amerika Serikat (AS). Ini
meremehkan kajian ilmiah ahli iklim.
Pembahasan
kesepakatan akhir di Bali berlangsung alot akibat sikap AS yang didukung Kanada
dan Jepang. Mereka menolak target pengurangan emisi bagi negara-negara maju 25
- 40 persen dari angka pada 1990 yang harus terealisasi pada 2020. Delegasi AS
yang dikirim pemerintahan Presiden Bush, sebagai biang keladi tumpulnya
kesepakatan konferensi. Emisi itu sangat beragam: CO, CO2, SO2, H2S, CS2, dan
CFC. CO2 dan CFC tidak beracun, sedangkan yang lain semuanya beracun. Namun
yang berbahaya secara global justru yang tidak beracun.CFC merusak lapisan ozon
perisai yang ditempatkan Allah di angkasa utuk melindungi bumi dari sengatan
fraksi ultra violet yang berbahaya dari photon (sinar matahari). Sedangkan GRK
CO2 itulah yang memegang peranan dalam hal pemanasan global. Jadi terjadinya
pemanasan global salah satunya adalah efek rumah kaca yang berlebihan (lebih
dari kondisi normal) di atmosfer bumi, sebagai akibat terganggunya komposisi
gas rumah kaca utama seperti Co2 (Karbon dioksida), CH4 (metan), N2O (Nitrous
oksida), HFC5 (Hydrofluorocarbons), PFC5 (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur
hexafluoride) di atmosfer.
c.
Kawasan hutan yang semakin menyempit
Fungsi
hutan dalam kehidupan adalah sebagai paru-paru bumi dan sebagai media
penyerapan karbon terbesar. Oleh sebab itu bila hutan menyempit maka dipastikan
bumi akan menjadi panas. Penyempitan hutan terjadi karena pembalakan liar,
kebakaran hutan, menyebabkan deforestasi besar-besaran karena tidak diimbangi
dengan pelestarian dan penanaman kembali hutan tersebut. Karbon yang dihasilkan
dari kebakaran hutan tersebut juga mendukung terjadinya pemanasan global, dan
Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil karbon tebesar dari kebakaran
hutan.
Ø Dampak terjadinya
pemanasan global diantara
dampak-dampak dari pemanasan global dintaranya :
a. Suhu
bumi meningkat
Meningkatnya suhu bumi
terlihat jelas pada hasil penelitian bahwa temperature rata-rata pada permukaan
bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Dan juga adanya banyak es di kutub yang telah mencair dan menyebabkan
naiknya permukaan air. Dengan kecenderungan emisi gas yang selalu meningkat
maka diperkirakan 50 tahun mendatang rata-rata suhu bumi akan naik 2-3 derajat
Celsius.
b. Perubahan
Iklim Dunia
Iklim muncul akibat
dari pemerataan energi bumi yang tidak tetap dengan adanya perputaran /
revolusi bumi mengelilingi matahari selama ± 365 hari serta rotasi bumi selama
24 jam. Hal tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima berubah
tergantung lokasi dan posisi geografi suatu daerah. Manurut, KTT bumi di tahun
1992 di Rio de Janeiro Brazil, menyatakan iklim bumi telah berubah. Hal itu
dikarenakan adanya efek rumah kaca yang berlebihan.
Iklim yang tidak
teratur ini tampak jelas di berbagai negara seperti Indonesia yang kini
mengalami perubahan musim denagan waktu yang tidak menentu dan tidak merata.
Kejadian ini terlihat pada saat Indonesia seharusnya mengalami musim kemarau
tetapi di Kalimantan terjadi banjir.
c. Terjadi
Banyak Bencana
Terjadinya pemanasan
global menjadikan berbagai peristiwa alam yang tidak dapat terduga.
Peristiwa-peristiwa alam tersebut antara lain : Hujan Badai dimana-mana, sering
terjadi angin puting beliung, banjir dan kekeringan terjadi pada waktu yang bersamaan
Terumbu karang memutih.
Menurut penelitian
Global Coral Reef Monitoring Network di Buenos Aries menunjukkan, lebih dari
terumbu karang di seluruh dunia telah rusak, bahkan terancam punah.Terumbu
karang memutih karean terlepasnya ganggang dari jaringan terumbu karang karena
kenaikan temperatur secara mendadak meskipun kecil. Mencairnya es di daerah
kutub yang cukup banyak. Hal ini menyebabkan volume air tawar dilaut meningkat
dan semakin tingginya permukaan laut. Hal ini menyebabkan beribu-ribu pulau
kecil di dunia menghilang.
d.
Penyakit semakin
menyebar
Pemanasan global
menyebabkan berbagai penyakit muncul dan menyebar seperti beberapanya antara
lain adalah katarak, tumbuhan menjadi kerdil dll. Peningkatan suhu bumi membuat
jantung bekerja lebih keras mendinginkan badan dan meningkatkan angka kasus
penyakit dengan vektor nyamuk antara lain seperti malaria, demam berdarah,
cikungunya, radang otak. Jika suhu meningkat di perkirakan kasus penularan
penyakit melalui nyamuk menjadi 2 kali lipat.
Ø Cara
Mengatasi Adanya Pemanasan global
1. Menggunakan
sumber energi alternatif Salah satu cara dan metode penurangan dampak dari
global warming sedang dikembangkan oleh negara majudengan menggunakan cara
alternatif yaitu Carbon Trade. Carbon Trade sendiri mempunyai arti menjual
kemampuan pohon, terutama pohon berkayu untuk menyerap karbon demi mengurangi
emisi karbon di atmosfer.
Sumber energi
alternatif selain energi fosil adalah biofuel. Hal ini bertujuan sebagai
penyerap karbon yang ada di atmosfer agar mengurangi emisi karbon di udara
sekaligus mengurangi dampak dari global warming. Menginjesikan gas-gas tersebut
ke sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi
juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas di bawah tanah seperti dalam sumur
minyak lapisan batu bara/aquifer.
Dimana karbondioksida
yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan di injeksikan kembali
ke aquiver sehingga tidak dapat kembali ke permukaan. Salah satu penyumbang
karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Dengan pembakaran fosil
ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida
yang dilepas ke udara. Karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak/ batu bara.
2.Melakukan
reboisasi yang meluas Penyebab dari global warming salah satunya adalah
rusaknya hutan sebagai paru-paru dunia. Oleh karena itu penanaman kembali hutan
yang gundul sangat berpengaruh terhadap pengurangan dampak global warming.
3.Mengurangi
produksi barang-barang yang tidak dapat di daur ulang Produksi barang-barang
yang tidak dapat di daur ulang juga merupakan faktor lain yang menyebabkan
global warming. Oleh sebab itu pengurangan produksi barang-barang seperti
barang tambang dimana pembakarannya menghasilkan gas-gas rumah kaca.
Hubungan Pemanasan global dengan Agama, Sains, dan Tekhnologi.
Pemanasan global yang terjadi saat ini menjadi bukti akan penggambaran dari
agama, sains dan tekhnologi. Pemanasan global di pandang dalam agama adalah
suatu kerusakan bumi yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Dalam islam
dinyatakan bahwa manusia itu adalah khalifah di bumi dan mereka bertanggung
jawab satu dengan yang lainnya.
Sebagai bangsa yang agamis, ada dua pandangan
utama yang berkembang pada masyarakat kita dalam melihat berbagai bencana yang
sering melanda. Pertama, kalangan yang melihatnya sebagai akibat dari perbuatan
dosa dan pelanggaran terhadap aturan Tuhan yang semakin tidak terkendali.
Adanya bencana dipandang sebagai azab Tuhan. Kedua, kalangan yang melihatnya
murni sebagai fenomena alam dan tidak ada hubungan dengan urusan agama berupa
dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia.
Kedua pandangan ekstrem tersebut kiranya
harus dijembatani. Mengabaikan cara pandang agama dalam melihat kerusakan alam
sudah tidak relevan sebagaimana juga tidak tepatnya membuang analisis ilmiah
atas berbagai penyebab terjadinya berbagai kerusakan alam tersebut. Agama
sendiri belakangan dipandang sebagai salah satu pendekatan yang cukup ampuh
dalam upaya membangun kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan (alam).
Tulisan ini secara khusus difokuskan pada
upaya inseminasi gagasan teologi lingkungan, yaitu bagaimana ajaran teologi
agama (Islam) dapat dimanfaatkan dalam upaya membangun kesadaran akan
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Gagasan ini kiranya akan melengkapi
formulasi fikih lingkungan yang sudah mulai diterima di masyarakat kita.
Ada tiga tema yang sering didiskusikan dan
menjadi perdebatan sangat dinamis dalam kajian keilmuan Islam klasik, yaitu
masalah Tuhan, manusia, dan alam. Ketiga persoalan ini menjadi tema sentral
yang lazim disebut sebagai trilogi metafisika. Dari ketiga tema itu, masalah
ketuhanan menempati rangking pertama. Adapun tema yang menyangkut manusia dan
alam menempati porsi yang sedikit, dan yang sedikit inipun lebih banyak
dibicarakan dalam konteks ketuhanan dan cenderung bersifat metafisik (abstrak).
Sebagai respons dari kenyataan ini,
belakangan gencar dikumandangan oleh pemikir Muslim kontemporer gagasan untuk
menggeser wacana teologis yang metafisis dan abstrak ke persoalan yang lebih
konkret. Salah satu tokoh kontemporer yang bersemangat dan telah menulis buku
yang cukup memadai dalam tema teologi, adalah Hassan Hanafi. Dalam serial
bukunya yang berjudul At Turats wa Al Tajdid: minal aqidah ila tsaurah, Hanafi
menyatakan bahwa consern utama teologi atau keilmuan akidah klasik lebih kepada
urusan bagaimana membela Tuhan. Ini, kata dia relevan dengan semangat zaman
dahulu, tetapi tidak untuk sekarang. Sebagai tawaran, Hanafi mengusulkan
bagaimana teologi atau akidah itu dibangun atas semangat membela manusia.
Apabila kita mencermati pola pemikiran
teologis, tampaknya dari ketiga hal tersebut, yang paling didiskrimanisikan
adalah wacana kealaman atau lingkungan. Pada kajian fikih sendiri, lebih banyak
menyinggung tentang hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minallah) dan
persoalan relasi sesama manusia (hablum minannas). Masih sangat sedikit kajian
fikih yang secara khusus berbicara mengenai pola hubungan manusia dengan alam.
Kembali pada semangat untuk membangun
kesadaran teologis akan pentingnya menjaga kelestarian alam, maka satu
persoalan yang menjadi poin utama pada artikel ini adalah bagaimana cara taubat
bagi mereka yang melakukan kerusakan lingkungan. Ada dua model taubat yang umum
dipahami dalam Islam.
Pertama, bagi individu yang melakukan
kesalahan atau perbuatan dosa yang sifatnya pribadi, maka model taubat yang
diajarkan yaitu dia memohon ampun secara langsung kepada Tuhan dengan niat
tulus untuk tidak mengulanginya lagi. Pada tingkatan ini, model taubatnya
cenderung sederhana, karena hanya berorientasi vertikal kepada Tuhan.
Kedua,
menyangkut kesalahan atau dosa seorang individu yang melibatkan individu atau
manusia yang lain seperti perbuatan dzalim atau utang piutang. Terhadap dosa
atau pelanggaran yang melibatkan manusia lain atau lazim disebut dosa sosial,
para ulama umumnya bersepakat bahwa taubat vertikal saja tidak cukup. Pada
tingkatan ini, taubat vertikal dengan Tuhan dan kemaafan horizontal dari manusia
lain harus berjalan seiring.
Sebenarnya
selain kedua model itu, kaitannya dalam hubungan manusia dengan alam, penting
untuk diperkenalkan model taubat khusus, dan ini kiranya menempati tingkatan
ketiga. Manusia yang berbuat dosa atau kesalahan pada alam atau lingkungan,
seperti merusak atau mengganggu keseimbangan alam, maka cara taubatnya tidak
cukup hanya dengan media vertikal kepada Tuhan atau permakluman pada manusia.
Karena alam yang dicederai, maka ridha dari alam harus terlebih dahulu
diperoleh. Caranya dengan memulihkan kerusakan yang telah dilakukan pada alam,
baru kemudian memohon ampunan kepada Tuhan.
Penting
untuk ditekankan bahwa khusus perbuatan dosa kepada alam (dosa alamiah), maka
azab yang ditimpakan Tuhan berlaku secara umum, tanpa memandang apa seseorang
terlibat atau malah tidak tahu sama sekali terhadap kerusakan alam yang telah
terjadi. Menjaga alam dari kerusakan dapat ditetapkan sebagai fardhu kifayah,
yang apabila tidak dilaksanakan, maka seluruh manusia yang ada pada wilayah itu
akan mendapatkan balasan adzab yang sifatnya kolektif.
Apabila sementara ini dikembangkan istilah kesalehan individu, yaitu gambaran mereka yang kualitas ibadah ritualnya bagus dan kesalehan sosial, yaitu mereka yang yang consern untuk berbakti pada masalah sosial kemasyarakatan, maka kini perlu dikembangkan lagi satu jenis kesalehan, yaitu kesalehan alam. Kesalehan ini melekat pada mereka yang dapat menjaga alam atau lingkungan dengan bagus, melaksanakan mandat Tuhan sebagai khalifahnya di muka bumi. Ketiga macam kesalehan ini idealnya terintegrasi pada diri seorang Muslim.
Apabila sementara ini dikembangkan istilah kesalehan individu, yaitu gambaran mereka yang kualitas ibadah ritualnya bagus dan kesalehan sosial, yaitu mereka yang yang consern untuk berbakti pada masalah sosial kemasyarakatan, maka kini perlu dikembangkan lagi satu jenis kesalehan, yaitu kesalehan alam. Kesalehan ini melekat pada mereka yang dapat menjaga alam atau lingkungan dengan bagus, melaksanakan mandat Tuhan sebagai khalifahnya di muka bumi. Ketiga macam kesalehan ini idealnya terintegrasi pada diri seorang Muslim.
Sedangkan
di pandang dalam sains pemanasan global merupakan kejadian yang dapat di
paparkan dalam segi kimia dan segi fisika. Penghasil CO2 yang dominan di
antaranya adalah (1) Pembangkit Listrik Batubara, sebagai contoh setiap 1000 MW
listrik yang dihasilkan industri ini mengemisi 5,6 juta ton CO2 dan (2)
Kendaraan Bermotor, dimana setiap kendaraan dengan tingkat konsumsi BBM 1 : 13
km (1 Lt untuk setiap 13 km) jika setiap tahun menempuh jarak 15.000 km akan
menghasilkan CO2 sebesar 3 ton/tahun. Bayangkan dengan total kendaraan bermotor
di DKI JKT mencapai 3 juta, setidaknya 9 juta ton CO2 yang diemisi ke udara
setiap tahunnya.
Selanjutnya hasil pengungkapan sains dalam ayat kawniyah (alam syahadah, physical world), dipakai sebagai ilmu bantu dalam memahamkan ayat qawliyah.
Selanjutnya hasil pengungkapan sains dalam ayat kawniyah (alam syahadah, physical world), dipakai sebagai ilmu bantu dalam memahamkan ayat qawliyah.
Tumbuh-tumbuhan
dibangun bagian-bagian kecil yang disebut sel. Di dalam inti sel terdapat
butir-butir pembawa zat warna. Yang terpenting di antara butir-butir itu adalah
pembawa zat warna hijau, zat hijau pohon (istilah ilmiyahnya: khlorophyl, zat
hijau daun, dari bahasa Yunani, Kholoros = hijau, Phyllon = daun). Zat hijau
pohon yang terdapat dalam seluruh bagian pohon yang hijau (jadi bukan di daun
saja), menangkap photon dari matahari dan mengubah wujud tenaga photon itu
menjadi tenaga potensial kimiawi dalam makanan dan bahan bakar hidrokarbon di
dalam molekul-molekul melalui proses photosynthesis.
Dalam
proses photosynthesis oleh zat hijau pohon ini dari bahan baku CO2, air dan photon,
dihasilkan makanan dan bahan bakar hidrokarbon dan oksigen. Selanjutnya melalui
proses respirasi dalam tubuh manusia dan binatang serta mesin-mesin pabrik,
makanan dan bahan bakar itu dengan oksidasi oksigen dari udara berubahlah pula
menjadi CO2 dan air. Demikianlah seterusnya daur atau siklus itu berlangsung.
Tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia,
binatang, dan mesin-mesin mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2.
Demikianlah
oksigen dihisap/disedot dari udara, pada saat itu makanan dan bahan bakar,
dibakar dengan oksigen dalam tubuh manusia dan mesin-mesin pabrik. Itulah makna
yang menjadikan bagimu api dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu dapat
membakar.
Di
daerah yang beriklim dingin, sayur-sayuran ataupun buah-buahan yang menghendaki
suhu yang lebih tinggi dari udara sekeliling, ditanam di dalam rumah kaca.
Fungsi rumah kaca sesungguhnya adalah perangkap panas. Kaca adalah zat bening,
tembus cahaya. Photon dari matahari gampang menerobos masuk memukul molekul-molekul
udara dalam rumah kaca. Akibatnya suhu udara naik dalam rumah kaca, udara pun
bertambah panas. Kaca adalah pengantar panas yang jelek, sehingga panas yang
timbul itu tidak gampang keluar menerobos atap maupun dinding kaca.
Maka,
terperangkaplah panas itu dalam rumah kaca. Inilah efek rumah kaca. Dengan
tingginya kadar CO2 yang dimuntahkan oleh pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor,
maka permukaan bumi merupakan rumah kaca
dalam skala global.
Ruang
antara lapisan CO2 dengan permukaan bumi tak ubahnya ibarat ruang dalam rumah
kaca, menjadi perangkap panas, oleh karena sifat gas CO2 sama dengan kaca,
gampang ditembus photon, tetapi sukar ditembus panas. Itulah sebabnya CO2
disebut GRK.
Demikianlah
pentingnya hutan lebat. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di dalam tanah
dan permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan, dan tidak kering di musim
kemarau. Akan tetapi, dan ini yang lebih penting, adalah untuk terjadinya daur:
tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen, yang membutuhkan CO2 - manusia dan binatang
penghasil CO2, yang membutuhkan oksigen. Itulah hubungannya antara emisi CO2
dan hutan lebat dalam konteks pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim
menjadi liar. Wallahu a'lamu bisshawab
Sedangkan tekhnologi hubungannya sangat erat karena pemanasan global telah disebut dalam alqur’an akan terjadi. Dan tekhnologi telah meneliti dan memprediksikan melalui informasi yang terdapat di internet.
Sedangkan tekhnologi hubungannya sangat erat karena pemanasan global telah disebut dalam alqur’an akan terjadi. Dan tekhnologi telah meneliti dan memprediksikan melalui informasi yang terdapat di internet.
Dampak
dari perubahan iklim diantaranya adalah gangguan terhadap siklus hidrologi
(peningkatan intensitas hujan, perioda hujan yang pendek, tidak meratanya
hujan, bencana kekeringan dan krisis air bersih, dan bencana banjir dan tanah
longsor), peningkatan temperatur & permukaan air laut, mencairnya es abadi
dan hilangnya glasier di daerah kutub, hilang dan tenggelamnya daerah pesisir
dan pulau-pulau tertentu, peningkatan bencana ekologi pada daerah urban dan
rural di pinggir pantai, peningkatan intersitas dan frekuensi bencana badai
& agin topan, merosotnya produksi pertanian dan perternakan, emerging diseases
yang dapat menuju epidemi dan pandemi peningkatan proses penggurunan daerah
subur, ancaman kelaparan dan gagalnya pengentasan kemiskinan, hilangnya atau
musnahnya biodiversity dunia, dan peningkatan kebakaran hutan. Mitigasi dan
adaptasi yang dapat dilakukan bersifat struktural dan non-struktural.
STRUKTURAL:
Innovasi melalui teknologi, kembangkan banyak alternatif energi subsitusi, dan
intensifkan rancang bangun green technology. NON-STRUKTURAL : Susun kebijakan
dan strategi yang doable, implementasikan strategi dan program, perkuat aspek
law enforcement, adopt dan praktekan konsep kemudian jadikan filosofi aktifitas
Reduce, Reuse, dan Recycle (3R), bangun pengertian dan kesadaran bersama untuk
masa depan manusia dan lingkungan, bangun kerjasama lintas komunitas, lintas
sektor, dan lintas negara dalam upaya mengurangi kesenjangan dan
ketidakseimbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar